Adaptasi atau Mati, judul Album Peraukertas

Enam tahun berkarya di industri musik rock Indonesia, Peraukertas akhirnya merilis album debutnya yang bertajuk Adaptasi Atau Mati di bawah naungan Sweetspot Records. Peraukertas mengambil nama Adaptasi Atau Mati kepada album debut berisikan 15 tracklist dari salah satu judul lagu yang terdapat di dalamnya

Band rock organik asal Bekasi yang sebelumnya sudah merilis 2 EP, 8 single, 8 video musik, dan 1 film pendek ini membagikan cerita mereka perihal membuat album Adaptasi Atau Mati dalam sebuah rilisan pers.

“Sebenernya Peraukertas terbentuk karena emang mau langsung rilis album penuh. Cuma ternyata seiring berjalan waktu, jam terbang, ketemu temen baru, kita sadar jika album penuh itu enggak sembarangan main dibuat dan semudah membalikkan telapak tangan. Di tahun ke 6 kita jalan baru merasa ini momen yang pas, yakin dan nemu jalannya untuk bisa rilis album penuh. Cukup berdarah-darah sih untuk bisa sampai sini,” ungkap Candra Kim, sang vokalis sekaligus gitaris Peraukertas.

Para penggemar band ini kerap memberikan julukan band motivasi untuk Peraukertas ketika diminta untuk menggambarkan band favoritnya tersebut. Dalam album Adaptasi Atau Mati, Peraukertas mencoba mengangkat tema yang dirasa berbeda dengan band rock Indonesia pada umumnya.

Berbekal pengalaman pribadi tiap anggotanya, Peraukertas membagikan kisah mereka dalam melawan diri sendiri dan mencari jati diri dalam karyanya. Konsep yang dibawakan juga terbilang cukup unik.

Layaknya cerita Avatar, album Adaptasi Atau Mati juga memiliki 4 elemen yang merepresentasikan bagian-bagian dari album ini. Dari total 15 lagu, terdapat 6 lagu menggebu-gebu penuh distorsi yang mewakili elemen api. Selanjutnya ada 4 lagu mewakili elemen air yang memiliki sentuhan elektronik di dalamnya.

3 lagu berikutnya disebut elemen angin karena aransemen musiknya lebih catchy dengan kombinasi unsur pop dan folk yang manis.

Album ini ditutup dengan 2 lagu terakhir yang mewakili elemen tanah dan merupakan gabungan dari semua elemen.

Mengingat Adaptasi Atau Mati merupakan album debut mereka, Peraukertas membawa banyak sekali nama besar lintas genre untuk turut mengambil bagian di album ini.

Tuan Tigabelas, Dzee, Yai Item, Hyndia hingga Iga Massardi adalah beberapa besar tersebut. Ada juga nama-nama yang dipercaya untuk mengisi instrumen tambahan seperti Budihendrix, Ikhsan Pradana, Bagus Pandu, Irfan Ahmad.

Adaptasi Atau Mati sudah bisa kalian dengarkan di platform streaming musik mulai 11 November 2022. Bersamaan dengan rilisnya album tersebut, Peraukertas juga merilis video musik untuk lagu utama yang berjudul Mengetuk Surga.

 

Sedikit cerita tentang Peraukertas nih;

Peraukertas adalah band asal Bekasi yang mengusung genre organik rock. Band berisi tiga orang personel yaitu Candra (vokal dan gitar), Hardi (bass dan vokal latar), dan Manjoy (drum) ini terbentuk pada 9 September 2016.

Meski hanya beranggotakan tiga orang saja, Peraukertas selalu dibantu oleh dua orang vokal latar dan satu orang pengisi piano, hammond, strings & synth dalam setiap pertunjukan live mereka.

Organik menjadi konsep dasar Peraukertas ketika pertama kali membuat karya. Tidak seperti kebanyakan musisi yang membuat karya di depan komputer, lagu-lagu milik Peraukertas dibuat dengan berkonsep jamming dan tanpa briefing sebelum membuat aransemen musik saat workshop.

Berbekal ide masing-masing anggotanya, Peraukertas langsung meracik musik secara spontan di dalam studio. Karya Peraukertas yang berkonsep seperti itu diantaranya ada Ini Aku!, Merah Membiru, Aurora, Monolog 1 dan Monolog 2. Tidak heran kalau kalian lebih banyak mendengar sajian instrumental di sebagian besar lagu Peraukertas.

Sejak terbentuk, Peraukertas cukup produktif dalam membuat karya dan sudah merilis beberapa karya secara independen. Karya yang dirilis secara independen yaitu single Monolog 1 (2017), Ini Aku! (2017), Merah Membiru (2018) dan debut EP yang bertajuk Aurora dengan konsep live recording.

Di tahun 2019, Peraukertas merilis sebuah single berjudul Terang Bersulam yang diproduseri oleh Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins dan Universal Music Indonesia. Karya tersebut berhasil membawa mereka menjadi runner up dari Levi’s Band Hunt 2018 dan membuat mereka menandatangani kontrak dengan Universal Music Indonesia.

Setelah kontraknya selesai dengan Universal Music Indonesia, Peraukertas kini kembali jalan sendiri dengan membentuk label bernama Sweetspot Records Indonesia. Adaptasi Atau Mati menjadi sebuah langkah dan babak baru dari Peraukertas sekaligus sebagai suguhan yang berbeda dari lagu-lagu Peraukertas sebelumnya.

Leave a Comment